Permasalahan pengelolaan sampah di Indonesia masih menjadi tantangan besar, termasuk di Kabupaten Aceh Besar, khususnya Kecamatan Lhoknga, yang meskipun telah mendapat perhatian dari Dinas Lingkungan Hidup dan pihak swasta, namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Kurangnya fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS), tidak adanya rute pengangkutan sampah, serta rendahnya kesadaran masyarakat menyebabkan penumpukan sampah, terutama dari limbah wisata, di berbagai titik seperti Gampong Mon Ikeun dan Gampong Nama Umbang. Hal ini diperparah dengan kendala teknis seperti hilangnya kontainer yang disediakan serta tunggakan iuran oleh pelaku usaha. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, sehingga dapat difokuskan pada perencanaan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, sebagai upaya untuk mengatasi berbagai persoalan dalam sistem pengelolaan sampah di wilayah tersebut. Penelitian ini melakukan sampling timbulan sampah selama delapan hari berdasarkan SNI 19-3964-1994. Sampling dilakukan berdasarkan dua kelompok yaitu sampah domestik yang mencakup perumahan pendapatan rendah, sedang hingga tinggi, kemudian juga sampah non domestik yang mencakup toko, kantor, sekolah, pasar, restoran, dan fasilitas umum lainnya. Berdasarkan hasil observasi di lapangan serta analisis dengan pendekatan diagram fishbone, ditemukan empat isu utama yang memengaruhi pengelolaan sampah, yakni keterbatasan tenaga kerja dan dana, kurangnya fasilitas dan infrastruktur pendukung, rendahnya keterlibatan masyarakat, serta tidak adanya program pengelolaan sampah dari pihak kecamatan maupun gampong. Terdapat sepuluh komposisi sampah berdasarkan hasil sampling timbulan sampah yaitu Sampah Makanan dengan timbulan tertinggi, kemudian sampah halaman, kelapa, plastik PET, plastik LDPE, plastik HDPE, kaca, kotak/ kardus, kaleng dan residu. Perencanaan TPST ini disusun dengan merujuk pada ketentuan teknis Permen PU No. 03/PRT/M/2013, SNI 19-3964-1994, dan SNI 03-3241-1994, serta mempertimbangkan RTRW dan RPJMD Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan hasil kajian, TPST dirancang untuk menangani timbulan sampah harian sebesar 83,78 m³ dengan proyeksi hingga tahun 2043. Pengelolaan tersebut mencakup 75,57 m³ sampah organik, 3,08 m³ sampah anorganik, serta 5,13 m³ residu yang akan dibakar melalui insinerator ramah lingkungan. Estimasi anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan TPST mencapai Rp. 4.122.360.570, yang mencakup pekerjaan persiapan, konstruksi fasilitas, pengadaan alat, instalasi listrik, serta pekerjaan pendukung lainnya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa permasalahan terhadap pengelolaan sampah yang yang kemudian dapat dilakukannya pembangunan TPST yang dapat mengatasi sampah hingga tahun 2043 dengan estimasi biaya pembangunan yang telah diperhitungkan.